KALTARABISNIS.CO – Harga emas dunia di pasar spot menutup perdagangan pekan ini dengan koreksi tajam. Dilansir dari data pasar, harga sang logam mulia ditutup di level US$ 4.060 per troy ons pada Jumat (14/11/2025). Posisi ini anjlok 2,17% dari hari sebelumnya, menandai level penutupan terendah dalam seminggu terakhir.
Meskipun ditutup “berdarah-darah” pada sesi Jumat, harga emas secara akumulasi mingguan dilaporkan masih berhasil mencatatkan kenaikan. Pelemahan tajam di akhir pekan ini terutama didorong oleh prospek kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).
Suku Bunga The Fed Jadi Pemberat
Faktor utama yang menekan laju harga emas adalah prospek kebijakan moneter The Fed. Pasar menilai ruang bagi penurunan suku bunga acuan di AS kini semakin terbatas, yang pada gilirannya memperkuat dolar AS dan menekan aset non-imbal hasil seperti emas.
Mengutip data CME FedWatch, probabilitas pasar terbelah menjelang rapat The Fed di bulan Desember. Peluang Federal Funds Rate (FFR) turun 25 basis poin (bps) menjadi 3,5-3,75% dalam rapat Desember kini berada di angka 45,8%.
Sementara itu, kemungkinan suku bunga acuan tetap dipertahankan di level 3,75-4% sedikit lebih tinggi, yakni mencapai 54,2%.
Proyeksi Harga Pekan Depan
Untuk perdagangan minggu depan, harga emas diprediksi masih akan mengalami tekanan. Analis pasar melihat adanya kemungkinan harga kembali terseret ke bawah level psikologis US$ 4.000 per troy ons.
Secara teknikal, investor disarankan untuk mencermati level pivot point di US$ 3.986 per troy ons. Jika level ini tertembus ke bawah, harga emas berisiko menguji support di US$ 3.944 per troy ons, yang merupakan level Moving Average (MA) 10. Adapun target paling pesimistis atau support terjauh berada di US$ 3.840 per troy ons.
Sebaliknya, jika harga emas berhasil rebound (naik), maka target resisten terdekat berada di kisaran US$ 4.088-4.092 per troy ons. Penembusan di level ini berpotensi membawa harga emas menguat lebih lanjut ke kisaran US$ 4.146-4.153 per troy ons.






